Rabu, 17 Desember 2008

“economicsfornoneconomics” in Bisnis Kaki Lima

Bisnis kaki lima bukanlah pedagang kaki lima (PKL), yang kalau kata cerita orang yg klo dikejar tramtib bakal lari sampai kakinya kelihatan ada lima makanya namanya kaki lima (what a joke)

Di Indonesia banyak sekali pedagang atau bisnismen yg menaruh lapak mereka bukan di toko ataupun tempat yg layak, tapi di pinggiran jalan di mana pun itu.

Di sini mari kita melihat dari segi si PKL itu dan mari kita sebut mereka bisnismen jadi bisnis kaki lima bukan pedagang yg menjual dan membeli barang. Dan jangan melihat dari sisi bkl yg selalu membuat kesemrawutan di jalan.

Di sini saya mau bererita tentang BKL2 yang ada di Bandung, sebut saja sop kaki kambing di jalan Banceuy dgn merek 999 yg bisa dilihat di setiap spanduk sop kaki kambing di jalan2 manapun, sebuah brand generik.

Kenapa saya mengambil studi kasus sop kambing banceuy, karena saya dan teman saya krisna dan karisma dibawah bendera beau consultant, mendapatkan tugas observasi kesana dan menganalisis apa yg mereka lakukan.

Dari segi bisnis dapat dilihat bahwa sop kaki kambing in mempunyai nilai ekonomi yg besar, dari satu tempat saja omzet satu hari mencapai 2-3 juta rupiah, dan mereka mempunyai 3 cabang lain di Bandung dan Cirebon, bayangkan perputaran uang yg terjadi dari sini, bayangkan juga perputaran uang di sseluruh outlet sop kaki kambing di bandung. Wooow fanatastis. Setelah saya menyelidik mereka ternyata pemilik sop kaki kambinng ini ada di brebes, dan hanya mendatangi tempat ini sewaktu-waktu saja, bayangkan orang tersebut tinggal tidur-tiduran di breber pakai celana kolor dan kaus kutang sambil kipas-kipasan pakai duit, tiap hari mungkin saja dia bisa mengantongi 3 juta/hari.

Dari segi manusianya, sop kaki kambing ini dapat menghidupkan dan mensejahterakan 6 orang karyawannya, yang tidak mempunyai system manajemen dan MSDM yg jelas, namun mereka melakukan itu atas dasar kepercayaan antar karyawan dan antar pemilik dgn karyawan. Jumlah sdm yang terserap dapat mengurangi angka pengagguran di daerahnya masing-masing

Dari segi hubungan bisnis, sop kaki kambing ini memerlukan bahan baku yg tidak sedikit, yaitu 60kg / hari daging + jeroan yang full lemak dan kolesterol namun tetap enak. Menghidupkan para supplier daging dan bahan-bahan utama mereka di sekitarnya, mambuat lading bisnis baru di sekitranya, jadi dapat memberikan pemasukan keuangan juga bagi orang-orang ataupun badan usaha yg berhubngan dengannya.

Sop kaki kambing ini hanyalah contoh dari sekian banyak sekali bisnis kaki lima di seantero kota, masih ada lg yg juga dipaparkan teman-teman saya yang lain seperti, usaha gorengan, bubur & nasi kuning, bebek goreng, indomie & roti bakar, sate, dan nasi timbel yang ternyata mempunyai laporan keuangan yang sangat mencengangkan dan bisa mambuat ngiler deh (ngiler makannya dan duitnya)


 


 


 

Menurut anda?

Factor-faktor apa sih yang membuat mereka bisa seperti itu?

Mengapa mereka stay seperti itu tidak melakukan perubahan?

Mereka orang lapangan yang tidak mengerti teori, apakah dengan mereka tahu teori dpat membuat lebih maju lagi?

Mari kita berdiskusi yang cerdas dan sopan


 


 


 

"economicsfornoneconomics"

Rianhafizblog2008

http://www.economicsfornoneconomics.co.cc/

Tidak ada komentar: